Mira Aprianti
Jumat, 14 Juni 2013
Teknologi Produksi Benih Padi
Teknologi Produksi Benih Padi
A.
BENIH
1.Benih yang digunakan adalah varietas unggul
2.Murni, sesuai dengan sifat induknya
3.Bersih dari campuran/kotoran
4.Memiliki daya tumbuh yang cukup tinggi (minimal 80%)
Untuk memproduksi benih bermutu kelas Benih Dasar (BD) benih sumberdaya
adalah Benih Penjenis (BS), sedangkan untuk memproduksi Benih Pokok (BP), benih
sumber adalah Benih Dasar (BD) untuk memperoleh Benih Sebar (BR), benih
sumbernya adalah Benih Pokok (BP).
Kebutuhan benih : BS = 10 kg/ha, BD=25
kg/ha dan BP 25 kg/ha
B.
PERSEMAIAN
1.
Benih disemaikan pada areal khusus, agar pertanaman
terhindar dari campuran varietas lain, persemaian dipersiapkan 25 – 30 hari
sebelum tanam.
2.
Buat persemaian seluas 300–500 m2 untuk pertanaman seluas 1
ha (5% areal tanam), dengan lebar bedengan 110 cm, tinggi 15–20 cm, panjang
disesuaikan dengan keperluan, jarak antara bedengan 20-30 cm, kira-kira 5 cm
tepi kiri kanan bedengan jangan ditabur benih.
3. Pupuk persemaian dengan 10 gram Urea dan 10 gram TSP per m2 pada waktu
membuat bedengan persemaian
4.
Sebelum benih ditabur, terlebih
dahulu diuji daya tumbuhnya, setelah itu benih diinkubasi selama 36-48 jam
untuk mematahkan periode dormansi. Taburkan 70 gram
benih untuk setiap m2 persemaian.
5.
Lima hari setelah tabur
persemaian diairi setinggi 1 cm selama 2 hari, seterusnya 5 cm.
6.
Bibit dicabut dan segera ditanam pada umur 21-25 hari.
C.
PENGOLAHAN TANAH
1.
Tanah/lahan yang digunakan untuk pertanaman harus diperiksa
sejarah lapangan terlebih dahulu. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya percampuran dengan
tanaman/varietas lain.
2.
Tidak memilih jenis tanah, asal dapat tersedia struktur
lumpur dengan kedalaman 15-30 cm. guna
mendapatkan struktur lumpur yang baik perlu dilakukan
a.
Merendam areal yang akan dikerjakan 3-4 hari
b.
Membajak ke 1
c.
Merendam 2-3 hari
d.
Membajak ke 2
e.
Merendam 2-3 hari
f.
Menggaru ke 1
g.
Merendam 2-3 hari
h.
Menggaru ke 2 dan meratakan permukaan tanah agar dapat
menahan air dengan baik dna merata hingga tanah siap tanam.
D.
ISOLASI
Dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya persarian silang
dengan tanaman/varietas lain.
1.
Isolasi Jarak
Antara tanaman untuk benih dengan tanaman untuk konsumsi atau benih
yang varietas dan kelas benih berbeda diisolasi dengan jalur kosong atau
tanaman lain selebar 3 meter
2.
Isolasi Waktu
Minimum 30 hari, perbedaan tanggal dan tanam dari dua varietas yang
berbeda dan letaknya berdampingan harus diatur sedemikian rupa sehingga saat
berbungga tidak bersamaan.
Dalam pelaksanaan pertanaman pilih
salah satu.
E.
PENANAMAN
1.
Pemilihan Bibit
Bibit yang baik dan sehat mempunyai sifat-sifat
-
Pertumbuhan dan
tinggi tanaman seragam
-
Pelepah daun pendek
-
Bebas dari hama dan penyakit
- Bibit mempunyai banyak akar dan
lebih berat
2.
Jarak Tanam
Jarak tanam 20x20 cm, 20x25 cm, 25x25 cm atau sesuai anjuran Dinas
Pertanian Tanaman Pangan setempat
3.
Jumlah Bibit
Jumlah bibit/lubang yang digunakan untuk pertanaman BS-BD adalah 1
(satu) batang bibit/rumpun, sedangkan BD-BP dan BP-BR dapat menggunakan 3
(tiga) batang bibit per rumpun.
PEMELIHARAAN
1.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 4-5 hari setelah tanam (bila ada rumpun yang mati)
2.
Penyiangan
Sawah disiang supaya bersih dari semua tumbuhan pengganggu, penyiangan
dilakukan pada saat tanaman umur 21 dan 45 hari setelah tanam
3.
Pengairan
Pemberian air disesuaikan kebutuhan
dan tingkat umur tanaman. Pemberian air
jangan terlalu dalam baik dalam fase vegetative maupun generative.
F.
PEMUPUKAN
Dosis per ha : Urea 300 kg, TSP 150 kg atau dapat juga berpedoman pada
rekomendasi daerah setempat. Pemupukan
pertama diberikan : 1/3 Urea dan semua TSP diberikan pada waktu tanam. Pemupukkan kedua 1/3 Urea diberikan pada umur
4 minggu setelah tanam. Pemupukkan
ketiga 1/3 Urea diberikan pada umur 7 minggu setelah tanam
G.
PENGEDALIAN HAMA
DAN PENYAKIT
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
melalui pengendalian hama
secara terpadu (PHT) dan penggunaan pestisida dilakukan secara bijak/bila telah
diatas ambang ekonomis. Adapun dosis
pestisida yang digunakan serta waktu pemberian dan caranya disesuaikan dengan
rekomendasi yang berlaku.
H.
SELEKSI
Selama pertanaman dilapangan dilakukan 3 (tiga) kali seleksi untuk
membuang campuran varietas lain yang dilakukan pada saat fase vegetative, fase
berbunga dan fase masak. Pelaksanaan
seleksi dilapangan mendapat bimbingan BPSB/TPH setempat.
I.
PEMERIKSAAN LAPANGAN
Untuk mengetahui apakah pertanaman sudah cukup bersih untuk dijadikan
benih atau belum, perlu dilakukan pemeriksaaan dilapangan. Pemeriksaan lapangan untuk sertifikasi
dilakukan oleh petugas dari BPSBTPH setempat.
Panen dapat dilakukan pada tingkat pemasakan telah mencapai 90% dan
kadar air pada waktu panen antara 23-27%.
K.
PASCA PANEN
Untuk menjaga kemurnian benih, semua perlatan pengolahan harus
diperiksa dan dibersihkan dahulu sehingga bebas dari sisa-sisa benih dan
kotoran lainnya dari pengolahan sebelumnya.
a.
Perontokkan
Perontokkan dapat dilakukan secara tradisional atau secara
mekanis. Perontokkan secara mekanis
perlu hati-hati dengan mengatur perputaran mesin agar tidak terjadi kerusakkan
fisik.
b.
Pengeringan dan Pembersihan
· Pengeringan secara
alami
Pada pengeringan ini lapisan gabah jangan terlalu tebal (3-5 cm) agar
cepat kering, untuk mendapatkan kering yang merata gabah harus dibalik-bali
· Pengeringan secara
buatan
Pengeringan ini menggunakan mesin pengering (dryer). Perubahan suhu tidka boleh terlalu cepat. Pengeringan gabah dengan Kadar air lebih 18%
digunakan temperature maksimum 37,8oC kadar air untuk benih 11%. Gabah yang telah diproses dan dikeringkan
kemudian dibersihkan.
Pembersaihan dilakukan dengan 2 (dua) cara :
· Tradisional :
menggunakan niru/tampi secara berulang-ulang agar terdapat gabah yang bersih
dan bernas
· Mekanis :
menggunakan mesin pembersih (cleaner) dilakukan dengan hati-hati agar tidak
terjadi kerusakan calon benih.
c.
Pengambilan Calon Benih
Benih yang akan dikeringkan dan dibersihkan kemudian dikarungi atau
dimasukkan kewadah lainnya lalu disimpan dalam gudang benih. Pengambilan contoh benoih dilakukan secara
acak agar mewaili seluruh yang akan diujikan.
Untuk pengujian laboratorium diperlukan maksimum 1 kg calon benih dari 1
ton sampai 20 ton. Contoh benih ini dimasukkan kedalam kantong yang
kedap air dan segera dikirim kelaboratium disertai keterangan antara lain nama
varietas, tanggal panen, macam pengujian yang diminta dan nama serta alamat
sipengirim contoh benih.
d.
Pengujian Benih
Pengujian contoh benih dilakukan oleh petugas UPTD BPSBTPH
setempat. Pengujian meliputi kadar air,
kemurnian benih, daya tumbuh dan campuran.
e.
Pelabelan
Benih yang akan disalurkan harus disertai label dalam setiap
wadah/karung/kantong.
f.
Penyimpanan
Benih dapat disimpan dalam silo, karung atau wadah lainnya yang
memenuhi syarat. Tempat penyimpanan
(gudang) yang harus bersih, ventilasi baik, kering bebas dari gangguan hama dan penyakit. Penumpukan karung tidak boleh langsung
mengenai lantai. Letak karung dalam
penumpukkan harus diselang seling agar sirkulasi udara cukup baik dan tidak
mudah roboh.
Langganan:
Postingan (Atom)